Laman


Kamis, 05 Juli 2012

Jalan-jalan ke Vietnam | Saigon... Saigon... Exploring Ho Chi Minh City (Part 2 - Helloo Saigon Helloo Vietnam)

Waktu menunjukkan pukul 19.30 waktu Saigon...
Pesawat berkode penerbangan QZ 7736 yang kami tumpangi mendarat dengan mulus di Tan Son Nhat International Airport - Ho Chi Minh City Vietnam.

"Chao Mung" artinya "Selamat Datang" dalam bahasa Vietnam.

Ahhh akhirnya kami pun menginjakkan kaki di Saigon. Sebuah kota di Vietnam Selatan yang saat ini dikenal dengan sebutan Ho Chi Minh City. Saigon, kota terbesar di Vietnam yang terletak di dekat delta Sungai Mekong dan Tan Son Nhat International Airport adalah pintu gerbang keluar masuk ke negeri ini. Bandaranya hanya memiliki satu terminal, tidak seperti SHIA yang terbagi menjadi 3 terminal.

Tan Son Nhat Int'l Airport
Seperti apa ya airportnya? Itulah yang masih terpikir di benak gw ketika mengantri keluar dari cabin pesawat. Gw berpikiran airportnya kumuh, bedesak-desakan, antrian yang tidak teratur. Maklum yang gw tahu negara ini belum lama merdeka dan masih berkembang, jadi ya airportnya mungkin gak sebesar SHIA.

Ternyata perkiraan gw tadi salah. Selepas berjalan keluar dari garbaretta ternyata airportnya bersih dan terang. Jauh dari kesan kumuh, kotor, ataupun berantakan meskipun airportnya tidak terlalu besar. Yang menjadi parameter yaitu kamar mandinya. Toilet di terminal kedatangan Tan Son Nhat Int'l Airport sangat bersih, kering, dan wangi. Jauh berbeda jika kita masuk ke toilet di SHIA. Padahal airport kita kan jauh lebih besar dan lebih ramai.


Malam itu suasana di dalam gedung terminal kedatangan sangat lengang. Bahkan di counter pemeriksaan imigrasi pun nyaris tidak ada antrian. Jumlah counter imigrasi yang dibuka pun cukup banyak meskipun hanya satu penerbangan yang mendarat saat itu. Kalau gw perhatikan sepertinya memang hanya penerbangan kami yang mendarat malam itu. Pemeriksaan imigrasi pun tidak lama. Tidak banyak pertanyaan dari petugas imigrasi. Petugas hanya memeriksa passport gw, memperhatikan wajah gw dan mencocokkan dengan foto yang ada di passport dengan gaya menyelidik seperti seolah-olah gw ditelanjangi si petugas imigrasi. Sayang petugas imigrasi malam itu cowok, coba kalo cewek pasti udah gw kedipin plus minta pin blackberry-nya deh #ehmaap.

Passport gw pun akhirnya dicap oleh si petugas imigrasi, "jegrek" stempel ijin masuk pun terpampang di salah satu halaman passport gw. Huurraaayyy gw diijinkan masuk ke Vietnam selama 30 hari. 

Langkah selanjutnya yaitu ambil bagasi. Tan Son Nhat Int'l Airport ini sangat manusiawi. Eskalator yang tersedia cukup banyak, sehingga kita gak perlu berdesakan seperti di terminal 2 SHIA saat akan turun ke bawah untuk mengambil bagasi. Proses pengambilan bagasi pun tidak terlalu lama dan sangat tertib. Seandainya airport kita bisa seperti ini ya...

Selepas urusan imigrasi dan bagasi, saatnya menukar uang USD ke mata uang setempat, Vietnam Dong (VND). Begitu keluar dari area pengambilan bagasi dan custom area, sudah berderet beberapa counter penukaran uang. Malam itu ada sekitar 4 counter yang masih buka. Jadi gw masih bisa banding-bandingkan kurs yang paling menguntungkan. Saat gw berkunjung ke sana nilai tukarnya USD 1 = VND 21.059. Wah ternyata nilai mata uang kita dua kali lipat jika dibandingkan dengan VND.

Tips gw kalau bepergian ke Vietnam, tukar IDR di Indonesia ke dalam bentuk USD dan selanjutnya sesampainya di Vietnam tukarlah ke dalam VND. Jangan tukar langsung IDR ke dalam bentuk VND, lebih menguntungkan kalau ditukar ke USD dulu. Karena di Indonesia sangat jarang money changer menyediakan mata uang VND jadi terkadang kurs nya kurang bagus.

Nah dalam perjalanan kemarin, kurs IDR di Vietnam nilainya 2 (dua) kali lipat. Jadi gampang ngitungnya, kalau belanja senilai VND 10.000 artinya kalau dirupiahkan nilainya IDR 5.000. Cuman yang bikin bingung di sana, denominasi uangnya banyak angka 0-nya. Jadi ya agak jereng plus sedikit hati-hati kalau mau bayar. Denominasi uang paling besar di sini VND 500.000 dan paling kecil VND 500 plus semuanya uang kertas, gak ada uang logamnya. Terus harga-harga di sini juga semuanya dibuletin ke VND 500. Gak ada harga yang buntutnya keriting kek di Indonesia. Nah yang bikin jereng berikutnya mata uang VND semuanya bergambar Uncle Ho. Makanya gw bilang musti lebih hati-hati, salah-salah mau bayar VND 10.000 eh yang dikasih duitnya VND 100.000. Soalnya gambarnya sama persis dan warnanya mirip banget. Kasusnya kek pecahan IDR 10.000 sama IDR 100.000 yang pertama muncul warnanya sama-sama merah.

Tukar USD ke VND done, nah sekarang waktunya menuju hotel. Kemarin gw pesen hotel di daerah district 1 - Ben Thanh Market. Untuk menuju ke sana dari Tan Son Nhat Int'l Airport bisa ditempuh dengan menggunakan taxi atau bus dengan waktu tempuh kurang lebih 30 - 45 menit. Memang sih lebih murah kalau pake bus, tapi karena udah malem plus ga tau mana utara - selatan nya yah mending naik taxi aja deh.

Yang perlu diinget kalau pake taxi di Saigon pilihlah taxi berargo meter dan rekomendasi gw pake vinasun taxi atau mai linh taxi. Kalo masih takut ditembak juga tarifnya mending pesen voucher taxi di bandara aja. Kemarin biaya taxi untuk 3 orang dari airport ke hotel biayanya VND 180.000 yah berarti kalo dirupiahin kira-kira IDR 90.000 dan sama petugasnya di konter pemesanan kita dikasih tau "no more fee" Artinya ga usah bayar apa-apa lagi termasuk tip buat si drivernya. Mungkin mereka udah tau banyak supir taxi yang nakal, makanya kita selalu diingetin.

Mobil di Vietnam berjalan di sisi kanan, kebalik dengan di Indonesia yang berjalan di sisi kiri. Makanya si Heru sempet bingung pas gw masuk taxi duduk di depan kok di sebelah kanan. Sempet-sempetnya lagi nih orang nyeletuk "Ngapain Ri, lu mau nyetir ya?" Hadeeeeehhh maklum lah belum terbiasa dengan sistem di Vietnam.

Perjalanan dari airport ke hotel cukup lancar. Hanya saja jalanan dipenuhi pengendara sepeda motor. Bener kata orang-orang, jalanan di Vietnam itu dipenuhin sama motor. Nah udah gitu si pengendara motor di sini keknya pada punya nyawa 9. Maju terus pantang mundur, meskipun ada bus ato mobil melintas mereka tetep aja nyelonong kanan-kiri berasa ga ada traffic. Nah yang bikin seger malam itu di salah satu traffic light, tiba-tiba di sisi sebelah gw ada motor berhenti dan ditumpangi dua orang gadis Vietnam. Pas gw ngelirik, waaawww malem-malem disuguhin paha putih mulus cuuyy...!!! Jadi si dua abg itu malem-malem naik motor boncengan cuman pake tank top sama hot pants doang. Lumayan rejeki malem-malem. #ehmaap

Pukul 20.15 waktu Saigon, kami tiba di hotel. Pilihan hotel kali ini yaitu Lan Lan Hotel 2 District 1 - Ben Thanh Market. Hotelnya bintang 3 dan tarifnya kalo dirupiahkan kurang lebih IDR 300.000 per malam. Kondisi kamarnya bersih, cukup luas, handuk dan toiletries diganti setiap hari, dan yang pasti murah plus strategis deket kemana-mana. Nah kalo pengen nyaman lebih baik book hotelnya via agoda.com atau booking.com. Kadang-kadang mereka kasih diskon up to 70%.

Kamar Deluxe Single Bed
Malam itu kami disambut dua petugas receptionist wanita berpakaian tradisional Vietnam. Petugasnya yang satu namanya Phoebe yang satu lagi Jennifer. Mereka sangat ramah dan selalu tersenyum. Bahasa Inggrisnya juga cukup bagus, cuman memang logatnya agak sedikit aneh, jadi kita musti pasang kuping lebar-lebar biar bisa nangkep apa maksudnya. Malem itu kami dikasih kamar di lantai 9. Oh iya sebagai catatan, di Saigon petugas hotel seringkali meminta tamu hotel untuk menitipkan passport di receptionist. Tujuannya sih untuk keamanan kita, karena di sini masih banyak copet. Selain itu juga biar kita gak ribet sama urusan polisi kalau terjadi kehilangan passport. Tenang aja di Saigon gak ada operasi yustisi buat meriksain turis-turis kok, jadi jalan-jalan kelayapan sampe malem tanpa bawa passport pun aman-aman aja.

Berhubung gak tau mana utara - selatan, plus gak tau juga public transport di sini kayak apa kami pun berencana menggunakan jasa tour dari hotel. Nah si Jennifer ini jelasin banyak banget paket-paketnya sekaligus ngebikinin itenerary buat kita selama 4 hari di Saigon. Wah baik banget nih orang plus lancar bener jelasinnya. Eh selidik punya selidik ternyata dianya pernah kerja di travel agent, pantes aja lancar banget. Memang sih kalau pesen paket tour dari hotel harganya lebih mahal, tapi enaknya kita dianter jemput di depan hotel. Kalau mau nyari paket tour yang murah bisa cari di sekitaran Jalan Pham Ngu Lau. Selisih harganya sih paling sekitar USD 3 - 5, tapi kita gak dijemput dan biasanya pagi-pagi kita harus ada di tempat tournya tepat waktu ato kalo nggak ya ditinggal dan no refund (kek beli tiket promo yah...). Males banget kan? Mending pesen di hotel, mahal dikit tapi gak capek jalan kaki ke tempat tour nya. Udah gitu kalau masih sarapan, ditungguin sama si tour leader-nya pula.

Lalu berakhirkah cerita malam pertama di Saigon? Lanjut di chapter berikutnya ya... Si gw nya lagi hunting tiket promo lagi nih soalnya :D


Back To >>> Part 1

Go To >>> Part 3

Tidak ada komentar:

Posting Komentar